Rupiah Kembali Melemah Terhadap Yen Jepang Menuju JPYIDR 155.00

Rupiah kembali melemah terhadap Yen Jepang menuju JPYIDR 155.00. Berdasarkan monetary trend analysis menggunakan bilateral currency band method, Rupiah masih akan tetap melemah terhadap Yen Jepang dalam jangka panjang dan dalam jangka menengah akan tetapi menguat dalam jangka pendek. Penguatan dalam jangka pendek sebagai akibat investor Yen melakukan investasi terhadap portfolio Rupiah dalam jangka pendek namun tidak bertahan untuk jangka menengah dan jangka panjang.

Melemahnya Rupiah dalam jangka menengah dan jangka panjang adalah sebagai akibat capital ouflow secara keseluruhan lebih besar dibandingkan dengan capital inflow sehingga pertumbuhan kekuatan keuangan dalam negeri akan tetap rendah dan mengakibatkan ketergantungan kekuatan keuangan luar negeri dalam jangka menengah dan panjang.

Rupiah akan hanya stabil dalam jangka menengah dan panjang jika Bank Indonesia mampu mengelola equilibrium supply dan demand dan akan menjadi menguat jika supply lebih besar (>) dari demand. Berdasarkan analisa perputaran keuangan (financial turnover) Indonesia dan sumber perputaran keuangan (source of funds) diketahui bahwa perputaran keuangan Indonesia untuk pembiayaan perputaran perekonomian (economic turnover) masih didominasi dari sumber luar negeri.

Besarnya capital inflow dalam bentuk pinjaman luar negeri dan besarnya capital inflow dalam bentuk portfolio investment tidak diimbangi dengan besarnya capital inflow dalam bentuk FDI sehingga secara keseluruhan terjadi kekurangan mata uang asing (supply) sementara capital outflow dari capital inflow dalam bentuk pinjaman luar negeri akan lebih besar sebagai akibat adanya kewajiban atas suku bunga demikian halnya capital outflow dari capital inflow dalam portfolio investment lebih besar sebagai akibat adanya profit taking. Besarnya capital outflow sebagai akibat dari besarnya capital inflow atas pinjaman luar negeri dan portfolio investment mengakibatkan supply mata uang asing akan selalu lebih rendah dibandingkan dengan demand sebagai akibat rendahnya capital inflow dalam bentuk FDI. Keadaan ini akan tetap berlangsung secara terus menerus sampai equilibrium supply and demand dapat dikelola, tetapi kelihatannya tidak mungkin.

Akibatnya, kekuatan keuangan dalam negeri akan tumbuh dengan rendah dan ketergantungan mata uang asing akan tetap berlangsung dan menekan Rupiah dalam jangka menengah dan jangka panjang. Konsekwensi dari keadaan moneter ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap menurun dalam jangka menengah dan jangka panjang kendatipun menguat dalam jangka pendek yang hanya bersipat sementara. Sehingga siapapun yang akan memimkpin Indonesia dan sehebat apapun kabinetnya jika permasalahan moneter jangka panjang dan menengah ini tidak dapat diatasi maka sulit untuk berharap Indonesia akan maju atau tumbuh dan kalaupun terjadi hanya bersipat sementara. Solusi utama adalah penyelesaian permasalahan FDI dan ini hanya mungkin terjadi jika Indonesia kembali ke Pancasila dan kembali dalam program "Pembangunan Manusia" dan bukan "Pembangunan Agama" dengan menghapuskan dan mencabut seluruh konstitusi, undang-undang, peraturan-peraturan yang berdasarkan agama dan kepentingan agama.
Beyond Technical Analysis

Aussi sur:

Clause de non-responsabilité