KontanKontan

Cek Rekomendasi Saham Emiten Otomotif yang Tersengat Insentif Kendaraan Listrik

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan rencana pemerintah untuk mengajukan kelanjutan sejumlah insentif pajak prioritas hingga tahun 2025.

Salah satu insentif yang akan diusulkan adalah Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) DTP, khususnya untuk Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB).

"Beberapa insentif prioritas yang sedang berjalan diusulkan untuk dilanjutkan ke tahun depan dan ini akan segara dibahas juga dengan Kementerian Keuangan," ujar Airlangga dalam Konferensi Pers di Jakarta, Minggu (3/11) lalu.

Praktisi Pasar Modal & Founder Warkop Saham, Raden Bagus Bima mengatakan pemberian insentif pada kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB) akan memberikan katalis positif terhadap industri otomotif, khususnya bagi emiten yang sudah atau akan berfokus pada kendaraan listrik.

"Dampak positifnya insentif akan menurunkan harga jual kendaraan listrik sehingga lebih terjangkau bagi konsumen. Hal ini akan memperluas basis konsumen KLBB dan mendukung peningkatan volume penjualan," kata Raden kepada Kontan, Jumat (22/11).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Trimegah Bangun Persada (NCKL) Usai Rilis Kinerja

Raden juga bilang kebijakan ini akan mendorong perubahan preferensi konsumen dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik, serta mendukung pertumbuhan pasar KLBB secara lebih luas.

Emiten yang telah berinvestasi pada fasilitas produksi, distribusi dan pengembangan teknologi KLBB akan mendapatkan peluang keuntungan yang lebih besar di masa depan karena adanya kesinambungan kebijakan.

Misalnya, PT Astra International Tbk (ASII), melalui merek Toyota dan Daihatsu telah menyiapkan pipeline produk hybrid dan kendaraan listrik penuh atau full electric yang kuat.

"Dengan pangsa pasar yang besar, ASII siap menangkap peluang dari pertumbuhan pasar KLBB," ujar Raden.

Sementara itu, PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS) juga berpotensi meraih dampak positif dari kebijakan ini. Sebab, emiten ini fokus pada distribusi kendaraan dengan produk KLBB sebagai bagian dari portofolionya.

PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), yang bergerak di bidang elektrifikasi transportasi publik memiliki peluang untuk mendapatkan kontrak atau proyek pengadaan terkait kebijakan pemerintah ini.

Adapun PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) mulai mulai menjajaki segmen kendaraan listrik melalui kerja sama dengan prinsipal global, sehingga dapat meraup pasar baru.

Raden menerangkan emiten yang sudah berinvestasi di KLBB atau memiliki rencana ekspansi agresif akan mendapatkan perhatian lebih. Saham-saham seperti ASII, IMAS, dan VKTR kemungkinan akan mengalami kenaikan harga seiring optimisme terhadap prospek bisnis perusahaan.

Selain produsen kendaraan, pelaku pasar juga akan mencermati emiten pendukung seperti penyedia baterai seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), infrastruktur charging station, dan pemasok komponen.

"Meski usulan insentif ini menjanjikan, investor akan mencermati proses implementasi, terutama pengaturan anggaran, aturan teknis, dan kepastian keberlanjutan kebijakan," paparnya.

Raden membagikan rekomendasi saham otomotif yang bisa dicermati, antara lain:

1. ASII

  • Analisa: ASII memiliki diversifikasi ke KLBB yang progresif, didukung oleh jaringan pemasaran luas.
  • Target harga: Rp 7.500–Rp 8.200 per saham dalam satu tahun ke depan.

2. IMAS

  • Analisa: Diversifikasi produk ke KLBB menjadikan IMAS menarik sebagai second mover.
  • Target Harga: Rp 1.200–Rp 1.400 per saham.

3. VKTR

  • Analisa: Permintaan kendaraan listrik komersial seperti bus dan truk yang tinggi dapat menjadi motor pertumbuhan.
  • Target harga: Rp 400–Rp 500 per saham dengan potensi pertumbuhan jangka panjang.

VKTR

Selain itu, Raden juga merekomendasikan untuk mencermati saham non produsen kendaraan seperti ANTM dan INCO dengan target harga masing-masing Rp 2.600–Rp 3.200 dan Rp 6.500–Rp 7.200 per saham.


Plus de nouvelles provenant de Kontan

Plus de nouvelles